Tanya Nabila - Banyak orang yang bingung dengan istilah reseller dan dropshipper. Kedua pekerjaan itu sama-sama cocok dijalankan sebagai kerja sampingan. Reseller dan dropship, keduanya memiliki hubungan dengan urusan dagang atau berjualan. Meskipun sama, cara menjual barang ke konsumen di antara keduanya berbeda.
1. Perbedaan reseller dan dropship pada cara kerjanya
Reseller bisa dikatakan mirip seperti pedagang. Mereka harus membeli lebih dulu barang sebelum menjualkan kembali ke konsumen. Reseller mendapatkan produk dari supplier atau distributor. Setelah dapat dalam jumlah tertentu, barulah mereka menjualnya.
Beda dengan dropshipper, yang menawarkan barang terlebih dulu kepada konsumen, jika sudah fix order, baru akan diteruskan ke supplier. Nah, supplier yang menerima orderanlah yang mengirimkan barang ke pembeli.
2. Perbedaan reseller dan dropship pada modalnya
Lebih kecil mana modalnya, reseller atau dropship. Jawabannya adalah dropship. Karena, mereka tidak diharuskan membeli barang untuk bisa menjual. Cukup bermodalkan internet, gadget, dan informasi produk, maka pekerjaan ini sudah bisa dijalankan.
Sedangkan reseller, harus mengeluarkan modal sebab membeli barang terlebih dulu ke supplier. Besarnya modal, menentukan jumlah barang yang akan didapat. Modal pulsa, kuota internet, dan ongkos transportasi juga termasuk.
3. Berbicara profit, lebih untung mana ya?
Berbeda untuk modal, soal keuntungan reseller yang menjadi juara. Karena, reseller bisa mendapatkan barang dengan harga paling murah dan mengatur harga jual semaunya. Maka, mereka juga dapat memperoleh keuntungan yang besar.
Lain halnya kalau menjadi dropshipper. Sulit bagi para dropship mendapatkan keuntungan sama besar dengan reseller. Sebab, order yang diberikan dropshipper masih kalah jauh dengan pembelian reseller.
Oleh karena itu, reseller dapat memperoleh harga yang lebih murah dari supplier daripada dropshipper. Dari situ, mereka bisa menentukan keuntungan yang ingin didapatkan.
4. Risiko yang ditanggung
Kedua pekerjaan ini juga memiliki risiko seperti bisnis lainnya. Meski terlihat mudah, menjadi dropship juga ada kekurangannya. Stok barang tidak selalu tersedia di supplier, jika seperti itu terpaksa para dropship menolak pesanan karena tidak adanya barang. Jadilah, tidak dapat pemasukan.
Risiko dari reseller ialah apabila banyak barang yang masih belum terjual, para reseller pasti sudah menangis karena mengalami kerugian. Kadang, mereka terpaksa jual rugi barang yang masih tersisa daripada tidak laku sama sekali.
5. Pelayanan ke konsumen
Bedanya reseller dan dropship juga dapat dilihat dari cara memberikan pelayanan ke konsumen. Ketika menerima order, reseller akan langsung melakukan pengemasan dan mengirim barangnya sendiri. Jadi, biaya packaging dan pengiriman menjadi tanggungan dari reseller.
Sedangkan dropshipper, hanya menyampaikan pesanan kepada supplier. Urusan packaging dan pengiriman akan ditanggung oleh pihak supplier. Jadi, para dropship tidak perlu bingung memikirkan biaya pengemasan dan juga pengiriman.
Posting Komentar untuk "Perbedaan Reseller dan Dropship, Mana Lebih Untung?"